Oleh: Maharani Aprilia
Cagar budaya dan bangunan ikonik memiliki peran penting sebagai bagian dari identitas suatu bangsa. Mereka tidak hanya merupakan warisan fisik dari masa lalu, tetapi juga simbol dari perjalanan sejarah, kebudayaan, dan perjuangan suatu bangsa. Keberadaan cagar budaya membantu generasi masa kini dan mendatang untuk memahami dan menghargai nilai-nilai sejarah yang telah membentuk identitas nasional mereka. Di Indonesia, terdapat banyak bangunan ikonik yang mencerminkan keanekaragaman budaya dan sejarah bangsa ini, seperti Candi Borobudur yang merupakan simbol keagungan kerajaan Buddha di Jawa Tengah, serta Monumen Nasional (Monas) di Jakarta yang melambangkan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Salah satu contoh penting dari cagar budaya di Indonesia adalah Benteng Speelwijk yang terletak di Kampung Pamarican, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten. Benteng ini dibangun oleh Belanda pada abad ke-17, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Abu Nase Abdul Qohhar, yang dikenal juga sebagai Sultan Haji, yang memimpin Kerajaan Banten dari tahun 1672 hingga 1684 (Pratama, 2024). Nama Benteng Speelwijk diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-14, Cornelis Janszoon Speelman, yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Batavia dari tahun 1681 hingga 1684 dan pernah memimpin serangan ke Makassar serta Kesultanan Banten (Mulangkara, 2024).
Benteng Speelwijk dibangun oleh arsitek bernama Hendrik Lucaasz Cardeel yang merancang bangunannya. Tujuan utama dari pembangunan benteng ini adalah untuk menjadi kantor perwakilan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) di Banten, serta untuk memonopoli perdagangan di wilayah tersebut (Pratama, 2024). Pada masa kejayaannya, Benteng Speelwijk berfungsi sebagai benteng militer untuk mempertahankan wilayah Banten dari serangan musuh, baik dari darat maupun laut, serta sebagai pusat administrasi kolonial Belanda.
Secara geografis, Benteng Speelwijk berdiri di atas lahan seluas sekitar dua hektar dan pada awalnya berjarak sekitar 100 meter dari pantai. Lokasi ini sangat strategis karena memungkinkan pengawasan dan pertahanan yang efektif terhadap ancaman dari laut (Pawitro, 2014). Meskipun sebagian besar bangunan Benteng Speelwijk telah hancur, beberapa bagian seperti bastion atau menara pemantau keamanan masih terlihat. Bastion ini dilengkapi dengan jendela penembak dan menara jaga yang digunakan untuk mengawasi situasi keamanan di sekitarnya. Terdapat juga lorong bawah tanah yang menghubungkan bastion dengan ruang sel tahanan atau penjara (Pratama, 2024).
Namun, seiring berjalannya waktu dan perubahan situasi politik serta keamanan, Benteng Speelwijk mengalami penurunan fungsi dan akhirnya ditinggalkan oleh Belanda pada tahun 1810. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan, dan pada tahun 1808 terjadi ketegangan politik yang menyebabkan Belanda menyerang dan menghancurkan Kesultanan Banten (Mulangkara, 2024). Meskipun demikian, Benteng Speelwijk tetap diakui sebagai situs warisan budaya oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1911, yang menegaskan pentingnya benteng ini dalam konteks sejarah pertahanan dan kolonialisme di Banten (Pawitro, 2014).
Penulisan esai ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menggali lebih dalam tentang Benteng Speelwijk sebagai salah satu cagar budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Melalui pembahasan yang meliputi sejarah pembangunan, arsitektur, peran dalam sejarah lokal dan nasional, serta upaya pelestarian dan pemanfaatannya saat ini, diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya Benteng Speelwijk tidak hanya sebagai saksi bisu masa lalu, tetapi juga sebagai aset budaya yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.
Dengan demikian, Benteng Speelwijk tidak hanya menjadi simbol kejayaan masa lampau, tetapi juga cermin dari perjuangan dan dinamika sejarah yang telah membentuk identitas bangsa Indonesia. Upaya pelestarian dan pemanfaatan benteng ini sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi menjadi sangat penting agar nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya dapat terus hidup dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Contents
A. Sejarah Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1684 di wilayah Banten, Jawa, sebagai tanda penguasaan mereka atas sebagian Kesultanan Banten. Pembangunan benteng ini dimulai pada masa pemerintahan Sultan Abu Nase Abdul Qohhar atau Sultan Haji, yang memimpin Kerajaan Banten dari tahun 1672 hingga 1684 (Pratama, 2024). Nama Benteng Speelwijk diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-14, Cornelis Janszoon Speelman, yang juga merupakan pemimpin Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) di wilayah tersebut (Pawitro, 2014).
Benteng Speelwijk memiliki peran yang sangat penting dalam mempertahankan kekuasaan kolonial Belanda di wilayah Banten. Benteng ini dibangun sebagai benteng militer untuk melindungi wilayah tersebut dari serangan musuh, baik dari darat maupun laut. Arsitektur benteng ini dirancang oleh Hendrik Lucaasz Cardeel, seorang arsitek yang dikenal dengan keahliannya dalam membangun struktur pertahanan (Pratama, 2024). Benteng Speelwijk dilengkapi dengan berbagai fasilitas pertahanan seperti bastion atau menara pemantau keamanan yang dilengkapi dengan jendela penembak dan menara jaga.
Lokasi strategis Benteng Speelwijk di dekat pantai memungkinkan pengawasan yang efektif terhadap ancaman dari laut. Benteng ini juga berfungsi sebagai pusat administrasi dan kantor perwakilan VOC di Banten, yang memainkan peran penting dalam memonopoli perdagangan di wilayah tersebut (Pratama, 2024). Selain itu, benteng ini juga dirancang untuk bertahan dari serangan artileri dan meriam, menjadikannya salah satu benteng terkuat di wilayah tersebut pada masanya (Pawitro, 2014).
Hubungan antara Benteng Speelwijk dan Kesultanan Banten sangat kompleks, mencerminkan dinamika kekuasaan dan politik pada masa itu. Pada awalnya, Kesultanan Banten menerima keberadaan VOC dan benteng ini sebagai bagian dari strategi diplomasi dan perdagangan. Namun, seiring berjalannya waktu, ketegangan antara VOC dan Kesultanan Banten meningkat, terutama setelah pembubaran VOC pada tanggal 31 Desember 1799 dan serangan Belanda terhadap Kesultanan Banten pada tahun 1808 (Mulangkara, 2024).
Pada tahun 1685, benteng ini sepenuhnya menjadi simbol kekuasaan Belanda di Banten setelah VOC berhasil memonopoli perdagangan di wilayah tersebut. Namun, pada tahun 1810, Belanda meninggalkan Benteng Speelwijk karena situasi politik dan keamanan yang tidak kondusif. Setelah ditinggalkan, benteng ini perlahan-lahan mengalami kerusakan, meskipun tetap diakui sebagai situs warisan budaya oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1911 (Pawitro, 2014).
B. Arsitektur dan Desain Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk adalah salah satu contoh arsitektur kolonial Belanda yang menunjukkan kekuatan militer dan pengaruhnya di wilayah Banten. Benteng ini dirancang oleh arsitek Belanda, Hendrik Lucaasz Cardeel, yang juga merancang Benteng Surosowan di Banten. Arsitektur Benteng Speelwijk sangat dipengaruhi oleh model Surosowan, yang menciptakan hubungan erat antara kedua struktur tersebut meskipun mereka memiliki latar belakang sejarah yang berbeda (Anisah dkk., 2023).
Cardeel, yang telah memeluk Islam pada waktu itu, menggunakan desain yang tidak hanya efektif secara militer tetapi juga estetis. Benteng ini dibangun menggunakan material utama seperti batu bata dan batu kapur yang dicampur dengan pasir dan kapur, yang merupakan teknik konstruksi khas pada masa kolonial. Penggunaan material lokal ini memungkinkan benteng untuk bertahan dalam kondisi iklim tropis yang lembab dan panas. Struktur benteng ini juga dilengkapi dengan bastion atau menara pengintai di setiap sudutnya, yang memberikan pandangan luas ke arah laut dan daratan di sekitarnya.
Sebagai sebuah benteng militer, Benteng Speelwijk dilengkapi dengan berbagai elemen pertahanan yang dirancang untuk melindungi dari serangan musuh. Tata letak benteng ini sangat strategis, dengan dinding tebal dan tinggi yang mengelilingi seluruh kompleks. Benteng ini dibangun di delta sebuah sungai, yang memungkinkan kontrol efektif terhadap jalur transportasi air dan menyediakan sumber air bersih bagi garnisun yang menempatinya (Anisah dkk., 2023).
Bastion atau menara pengintai di setiap sudut benteng adalah salah satu fitur utama dari desain pertahanan Benteng Speelwijk. Bastion ini dilengkapi dengan jendela penembak yang memungkinkan tentara untuk mengawasi dan menembak musuh tanpa terlihat. Menara pengintai di atas bastion juga memberikan pandangan yang lebih luas, memungkinkan deteksi dini terhadap setiap ancaman yang mendekat. Selain itu, lorong bawah tanah yang menghubungkan bastion dengan ruang sel tahanan memberikan perlindungan tambahan bagi penghuni benteng.
Benteng Speelwijk juga memiliki gerbang utama yang kokoh, yang dilengkapi dengan pintu besi yang berat dan parit di sekitarnya. Parit ini berfungsi sebagai penghalang tambahan terhadap serangan langsung. Di dalam kompleks benteng, terdapat berbagai bangunan seperti barak tentara, gudang amunisi, dan gereja yang melayani kebutuhan spiritual tentara Belanda. Meski sebagian besar dari bangunan ini kini telah hancur, sisa-sisa struktur ini masih memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari di dalam benteng selama masa kolonial.
Sepanjang sejarahnya, Benteng Speelwijk telah mengalami berbagai perubahan dan pemugaran. Setelah ditinggalkan oleh Belanda pada tahun 1810, benteng ini mulai mengalami kerusakan akibat kurangnya perawatan dan pengaruh cuaca. Namun, pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda mengakui pentingnya Benteng Speelwijk sebagai situs warisan budaya dan mulai melakukan upaya pelestarian.
Pemugaran benteng ini berfokus pada penguatan struktur yang tersisa dan pemulihan beberapa bagian penting seperti bastion dan gerbang utama. Meski demikian, banyak bagian dari benteng ini yang tetap rusak dan hanya sedikit yang dapat dikembalikan ke kondisi aslinya. Pada abad ke-20, beberapa inisiatif pemugaran juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menjaga kelestarian situs ini sebagai bagian dari upaya pelestarian warisan budaya nasional.
Tragisnya, sejarah Benteng Speelwijk juga mencakup cerita-cerita terkait kerja paksa yang melibatkan pekerja Tionghoa selama konstruksinya. Banyak dari pekerja ini dipaksa bekerja dalam kondisi yang sangat keras, yang menambah dimensi kelam pada sejarah benteng ini (Anisah dkk., 2023). Meskipun demikian, benteng ini tetap menjadi simbol penting dari masa kolonial di Indonesia dan berfungsi sebagai pengingat akan kompleksitas hubungan antara kekuasaan kolonial dan masyarakat lokal.
Upaya pemugaran dan pelestarian yang terus dilakukan menunjukkan komitmen untuk menjaga warisan budaya ini agar dapat terus memberikan wawasan berharga bagi generasi mendatang. Benteng Speelwijk tidak hanya merupakan simbol kekuatan militer kolonial Belanda tetapi juga cerminan dari perjuangan dan sejarah panjang wilayah Banten.
C. Peran Benteng Speelwijk dalam Sejarah Lokal dan Nasional
Benteng Speelwijk memiliki peran penting dalam sejarah lokal dan nasional Indonesia. Sebagai benteng yang dibangun oleh Belanda pada abad ke-17, Benteng Speelwijk menjadi saksi bisu berbagai peristiwa sejarah penting di Banten. Benteng ini tidak hanya menjadi simbol kekuasaan kolonial Belanda, tetapi juga tempat berlangsungnya berbagai konflik dan pertempuran antara kekuatan kolonial dan Kesultanan Banten. Salah satu peristiwa penting adalah konflik antara Sultan Haji dan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa, yang berujung pada pembangunan benteng ini untuk memperkuat pertahanan Belanda di Banten (Anisah dkk., 2023).
Selain itu, Benteng Speelwijk juga berfungsi sebagai tempat pertahanan terhadap serangan musuh, baik dari Eropa maupun dari dalam negeri. Benteng ini dibangun dengan tujuan melindungi kepentingan Belanda di Jawa, khususnya dari ancaman serangan artileri dan meriam. Benteng ini menjadi saksi berbagai upaya pertahanan Belanda dalam menjaga kekuasaannya di wilayah ini (Pawitro, 2014).
Keberadaan Benteng Speelwijk juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi dan sosial di sekitarnya. Sebagai pusat aktivitas militer dan administratif, benteng ini menarik banyak pekerja, baik lokal maupun dari luar daerah. Pembangunan benteng ini melibatkan kerja paksa dari pekerja Tionghoa, yang menambah dimensi tragis dalam sejarah benteng ini. Namun, keberadaan benteng ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui berbagai aktivitas perdagangan yang terjadi di sekitar benteng (Anisah dkk., 2023).
Benteng Speelwijk berperan sebagai pusat perdagangan di wilayah Banten, yang pada masa itu merupakan salah satu pusat perdagangan terbesar di Nusantara. Dengan adanya benteng ini, Belanda dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah dan komoditas lainnya, yang memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian lokal. Selain itu, keberadaan benteng ini juga mendorong perkembangan sosial di wilayah sekitarnya, dengan munculnya berbagai komunitas yang mendukung aktivitas militer dan perdagangan di sekitar benteng.
Selama masa kolonial, Benteng Speelwijk berfungsi sebagai pusat aktivitas militer dan administratif Belanda di Banten. Benteng ini tidak hanya menjadi tempat pertahanan, tetapi juga pusat pemerintahan kolonial di wilayah tersebut. Dengan adanya benteng ini, Belanda dapat mengontrol dan mengawasi aktivitas di wilayah Banten dengan lebih efektif. Benteng ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas militer seperti barak tentara, gudang amunisi, dan menara pengintai yang digunakan untuk memantau dan melindungi wilayah sekitarnya (Anisah dkk., 2023).
Selain itu, Benteng Speelwijk juga menjadi pusat administratif yang mengatur berbagai kebijakan dan peraturan yang diberlakukan oleh Belanda di wilayah ini. Keberadaan benteng ini memungkinkan Belanda untuk menjalankan pemerintahan kolonial dengan lebih efektif, serta memastikan stabilitas dan keamanan di wilayah Banten. Hal ini menjadikan Benteng Speelwijk sebagai salah satu pusat kekuasaan kolonial yang penting di Jawa.
D. Pelestarian dan Pemanfaatan Benteng Speelwijk
Pelestarian Benteng Speelwijk sebagai cagar budaya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Indonesia telah mengakui pentingnya situs ini sebagai bagian dari warisan budaya nasional dan telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga dan melestarikan benteng ini. Pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda telah mengakui Benteng Speelwijk sebagai situs warisan budaya, yang menegaskan pentingnya benteng ini dalam konteks sejarah pertahanan dan kolonialisme di Banten (Pawitro, 2014).
Upaya pelestarian melibatkan berbagai kegiatan seperti pemugaran, perawatan rutin, dan penelitian sejarah. Pemerintah daerah bersama dengan berbagai lembaga budaya dan pendidikan bekerja sama untuk menjaga keutuhan situs ini dan memastikan bahwa nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang. Selain itu, masyarakat lokal juga berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan benteng ini melalui berbagai inisiatif komunitas dan kegiatan budaya.
Meskipun telah dilakukan berbagai upaya pelestarian, masih terdapat banyak tantangan dan hambatan dalam menjaga Benteng Speelwijk. Salah satu tantangan utama adalah kondisi fisik benteng yang telah mengalami kerusakan parah akibat usia dan kurangnya perawatan selama bertahun-tahun. Selain itu, perubahan lingkungan sekitar, termasuk pembangunan infrastruktur modern, juga dapat mengancam kelestarian situs ini.
Tantangan lainnya adalah kurangnya dana dan sumber daya untuk melakukan pemugaran dan perawatan rutin. Pemugaran situs bersejarah membutuhkan biaya yang besar dan seringkali harus bersaing dengan prioritas lain dalam anggaran pemerintah. Selain itu, peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat juga menjadi tantangan penting dalam pelestarian situs ini. Diperlukan upaya yang lebih intensif dalam edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga warisan budaya kepada masyarakat luas.
Benteng Speelwijk memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi. Sebagai salah satu situs bersejarah yang penting di Banten, benteng ini dapat menarik minat wisatawan lokal maupun internasional yang tertarik dengan sejarah dan budaya. Pengembangan wisata sejarah di Benteng Speelwijk dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar melalui peningkatan kunjungan wisatawan dan berbagai kegiatan ekonomi terkait.
Selain itu, Benteng Speelwijk juga memiliki potensi sebagai tempat edukasi sejarah bagi generasi muda. Melalui program-program edukatif seperti tur sejarah, pameran, dan workshop, benteng ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya warisan budaya dan sejarah bangsa. Dengan demikian, pengembangan Benteng Speelwijk sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi tidak hanya memberikan manfaat ekonomi tetapi juga mendukung pelestarian nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.
Kesimpulan
Benteng Speelwijk, sebagai salah satu cagar budaya yang penting di Banten, merupakan saksi bisu dari berbagai peristiwa sejarah yang membentuk identitas lokal dan nasional. Didirikan oleh Belanda pada abad ke-17, benteng ini tidak hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan militer tetapi juga sebagai pusat administratif dan perdagangan yang penting. Keberadaannya mencerminkan dinamika kekuasaan kolonial dan perjuangan lokal yang terjadi selama berabad-abad.
Arsitektur Benteng Speelwijk, yang dirancang oleh Hendrik Lucaasz Cardeel, menampilkan teknik konstruksi dan material khas kolonial yang masih bisa kita lihat hingga saat ini meskipun sebagian besar bangunan telah mengalami kerusakan. Elemen-elemen pertahanan seperti bastion dan gerbang utama memperlihatkan kecanggihan taktik militer Belanda pada masa itu, yang didesain untuk melindungi dari serangan musuh.
Peran Benteng Speelwijk dalam sejarah lokal dan nasional sangat signifikan. Sebagai pusat aktivitas militer dan administratif, benteng ini memainkan peran kunci dalam mempertahankan kekuasaan Belanda di wilayah Banten serta dalam perkembangan ekonomi dan sosial di sekitarnya. Namun, tidak dapat diabaikan bahwa pembangunannya juga melibatkan cerita tragis dari kerja paksa pekerja Tionghoa, yang menambah dimensi kelam pada sejarahnya.
Saat ini, upaya pelestarian Benteng Speelwijk terus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk menjaga warisan budaya ini agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, seperti kerusakan fisik dan kurangnya dana, upaya ini penting untuk memastikan bahwa nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam benteng ini tidak hilang.
Potensi Benteng Speelwijk sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi sangat besar. Dengan pengembangan yang tepat, benteng ini dapat menjadi tempat yang menarik bagi wisatawan dan sarana edukasi yang berharga bagi generasi muda. Pengembangan ini tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi tetapi juga memperkuat upaya pelestarian dan peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya.
Dengan demikian, Benteng Speelwijk bukan hanya merupakan peninggalan masa lalu tetapi juga aset berharga yang harus dijaga dan dimanfaatkan untuk masa depan. Benteng ini adalah simbol kekuatan, perjuangan, dan identitas yang dapat memberikan inspirasi dan pembelajaran bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anisah, H., Nurhafifah, I.-., Fitrian, I.-., Utari, E., & Rifqiawati, I. (2023). Banten Lama sebagai Daya Tarik Wisata Bersejarah di Kabupaten Serang. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 25(2), 67. https://doi.org/10.26623/jdsb.v25i3.4690
Kabar Cagar Budaya dari Banten Bernama Benteng Speelwijk. (2020, October 21). Indonesia Kaya. https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/benteng-speelwijk-benteng-penghormatan-untuk-jendral-hindia-belanda/
Pratama, D. Y. (2024). Benteng Speelwijk, Jadi Bukti Sejarah Monopoli Belanda Saat Masa Kesultanan Banten. Tvrijakartanews.com. https://tvrijakartanews.com/article/Feature/6691
Udjianto, P. (2014). ‘BENTENG-BENTENG’ PENINGGALAN KOLONIAL BELANDA DI PULAU JAWA (Telaah Evaluatif: Letak/Posisi, Kegunaan dan Antipasi Masa Mendatang). 24–33.